Senin, 11 Oktober 2010

Indonesia Penuh Bencana, Ujian atau Laknat?

Hari ini Gempa bumi kembali menggoyang wilayah Klaten, Jawa Tengah, Senin (11/10/2010) sekitar pukul 03.07 WIB dini hari tadi. Warga panik dan sangat trauma pada gempa besar yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya, termasuk Klaten, 2006 silam. 


Jika kita berkaca pada bencana di Indonesia, apa yang kita pikirkan? Pasti dalam hati kita berkata, “Ya Allah, ini kah ujian yang Engkau berikan.” atau “Ya Allah ujian ini terlalu berat untuk kami jalani.

Kalo memang benar, itu yang terlintas di benak kita saat terjadi bencana, marilah kita pelajari apa kah benar, bencana itu suatu ujian.

Kita semua tentunya pernah ikut ujian kan, kalo anak TK ke bawah mungkin belum. Nah, sekarang yang ingin saya tanyakan, kalo ikut ujian ada syaratnya gak? Ya jelas ada kan. Bayar ini itu, yang SPP lah, yang buku lah, yang pustaka lah, pokoknya banyak yang harus dibayar. Trus kita juga harus melengkapi nilai mid dan tugas, absennya harus mencukupi, dan masih banyak lagi.

Lalu?
Apakah Allah memberi ujian, tidak memberi syarat ini itu?

Memang sih sebenarnya yang Maha Tahu itu hanya Dia semata, tetapi jika kita berpikir secara logika, manusia biasa aja yang buat peraturan ribetnya minta ampun, apalagi Dia yang menciptakan manusia si pembuat peraturan yang tadi. (P.S bagi yang menjalani perintah-Nya mungkin peraturan itu tidak ribet, berbeda dengan orang yang hatinya setengah-setengah bahkan gak ada niat untuk menjalankan perintah-Nya).

Terus, sekarang kita lihat, apakah kira-kira bangsa ini patut diizinkan ikut ujian????

Saya bukan menyalahkan siapa yang salah, tapi mari lah kita mengintropeksi diri. Jangan menganggap hal ini sepele. Karena dalam ayatNya Allah pernah berkata, Allah akan menurunkan bencana, jika sudah murka pada semua ummat-Nya tanpa pandang bulu dan orang yang tidak “bersalah” pun akan turut di dalamnya.

Benar, apa yang pernah dikatakan teman saya waktu itu, “kalo kita tuh harus berbaik sangka, yang penting kita masih beriman pada-Nya.” Lalu saya membalas begini, “kan lebih baik kita beriman dan mawas diri.” Jadi, mentang-mentang sudah beriman, kita menganggap semua musibah sebagai ujian.

Tapi lagi-lagi muncul pertanyaan, kalo memang benar apa yang dikatakan teman saya itu. Sudah sejauh mana kita beriman? Sudahkah kita sadar bahwa memegang tangan yang bukan muhrim itu haram? Sudahkah kita sadar saat sepasang kekasih yang belum nikah berdua-duan di kamar ada yang menyaksikan? Sudahkah kita sadar saat kita mengambil uang rakyat, kita diamati oleh-Nya? Sudahkah kita sadar bahwa shalat itu tiang agama? Sudahkan kita sadar bahwa pada diri kita ada secercah agama universal, yaitu Islam? Masih banyak lagi ketaksadaran kita, mengenai keimanan yang semakin menipis.

Setelah membaca ini, dapatkah kita mengatakan bahwa bencana di negeri kita ini adalah ujian Tuhan?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Subehanallah..

Unknown mengatakan...

bencana yang bertubi2 merupakan peringatan Allah kepada kt untuk lebih mempersiapkan diri lg untuk mnghadapnya bila suatu saat giliran kt yg mendpt bencana. Subhanallah...