Selasa, 12 Oktober 2010

ENAM TAHUN PENDERITAAN RAKYAT (AMPERA) BERSAMA SBY

Sebuah Dongeng strategis 6 (Enam) Tahun Kekuasaan SBY di Kerajaan Indosia


Tahun 2004 Silam, senyum merekah dan tangis gembira rakyat di negeri Indosia (sebuah kerajaan kepulauan yang besar, karena dibesar-besarkan/lebay) menyambut hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 yang memenangkan Suruh Bayar Yono (SBY) yang berpasangan dengan Jusudi Kalah (JK) sebagai pemimpin baru dan Sang Raja pun menjandi tanjung pengharapan rakyat atas Kerajaan Indosia Baru yang sejatera, adil dan mamur.

Jargon Kampanye SBY di Pilpres 2004, “Bersama Kita Bisa”. Mampu meraup suara dan perhatian publik pada figur ini. Pesona perubahan, aura kemajuan, pencitraan kekuatan yang dilemparkan SBY dari waktu ke waktu hingga genap 6 Tahun kekuasaannya hanyalah menimbulkan kebutaan rakyat, ketulian publik serta kebisuan masyarakat Indosia akan kondisi kekinian kerajaan yang kita cintai bersama. Politik pencitraan serta politik pengakuan sosial yang gencar dilakukan, kerap membuktikan bahwa Yono adalah seorang penguasa perfectionis yang ingin tampil serba sempurna di hadapan publik demi sebuah ke-PD-an (bukan Partai Demokrat) dan sebatas pengakuan sosial tanpa menghiraukan urgensi kekuasaan di sebuah negeri bernama Kerajaan Indosia

Sebuah fenomena besar, bahwa dengan politik pencitaan Suruh Bayar Yono (SBY) yang melahirkan “pengakuan” sosial tanpa arti belum tentu mendapat pengakuan Sang Alam. Kehidupan berbangsa dan bernegara di kerajaan Indosia, secara kasat mata tidak terjadi apa-apa. Siklus kehidupan dunia mengharuskan kita terkait dengan berbagai cipataan Allah lainnya. Manusia dan manusia, manusia dan hewan, manusia dan tumbuhan, manusia dan alam serta begitu jua sebaliknya sesama makhluk (ciptaan) harus saling mengakui keberadaan. Ketika pengakuankita tidak ada, maka itu sama dengan peniadaan eksistensi kehidupan kita.

Hal tersebut tergambar pada pemerintahan SBY di Kerajaan Indosia, SBY secara sosial mendapat pengakuan (karena politk pencitraan/ mengelabui publik dengan citra lebay) membuat SBY kembali terpilih menjadi penguasa di kerajaan ini setelah mengalahkan para lawannya di Pilpres 2009 (Jusudi Kalah dan Mekarwati). Berbagai bencana pun kembali terjadi di periode ini, setelahan puluhan bahkan ratusan bencana alam terjadi di periode 2004-2009. Lumpur lah, Gempa lah, Banjir lah, Angin lah dan jutaan bencana alam lainnya. Secara fisik mungkin tidak, tapi ini merupakan bentuk penolakan alam terhadap kepemimpinan sang raja.

Belakangan Sang Raja kerap dikaitkan dengan ditangkapnya Ki Tantular yang telah menggelapkan dana talangan dari kerajaan untuk penyelamatan bankir centrino. 100 Hari pemerintahannya bersama perdana menterinya Budi Olok, SBY pun di rongrong oleh para parlemen muda kerajaan yang turun kejalan menyuarakan pengungkapan dana talangan Bankir centrino terkait Hari Anti Korupsi Sedunia.
Para rakyat dan pewarta kerajaan tahu bahwa sang raja kerap mengalihkan perhatian publik dari kiprahnya yang tidak kunjung jelas memberikan arah kebijakan terhadap kehebohan yang terjadi terhadap ketakutan-katakutan seorang raja. SBY sempat mengumumkan bahwa dirinya akan dibunuh oleh kelompok penentang kerajaan, juga sempat membentuk persekutuan partai permanen karena takut dengan upaya pemaksulan, kmudian SBY juga taku trhadap berbagai propaganda negeri Rumpun tetangga, selang beberapa hari sang raja kembali membuktikan eksistensinya sebagai Raja penakut saat akan melakukana lawatan ke luar kerajaan. Saat itu SBY mendapat tuntutan hukum pengadilan di negeri penjajah, dalam posisi SBY selaku Presiden Kerajaan Indosia memiliki kekebalan hukum untuk melakukan kunjungan ke negeri tersebut.



Enam Tahun kepemimpinan SBY di kerjaan Indosia hanya habis untuk meladeni konfrensi pewarta kerajaan demi tampil dilayar kaca, bak seorang aktor lagi memerankan karakter lebay. Enam tahun ini pula dihabisakan untuk menutup-nutupi berbagai ketakutan berkepanjangannya (betapa tidak, di tahun 2010 ini SBY harus menghadpai 120 tuntutan hukum terhadap dirinya). Enam tahun juga dihabiskan untuk menaikkan gaji presiden . Enam tahun itu pula di gunakan untuk Menjaga citra (jaim) dengan meluncurkan Album lagu terbaru. Enam tahun pula Instrumen hukum hanya dijadikan alat untuk politik. Tentu hal tersebut membuktikan bahwa ENAM TAHUN MASA PACEKLIK KERAJAAN, ENAM TAHUN PENDERITAAN RAKYAT. Suruh Bayar Yono, atas penderitaan rakyat Indosia. (sm)

Penulis : A. Muhammad Nur Syahid Mappaladeng Sama sekali bukan Hulubalang Kerajaan

Tidak ada komentar: