Dalam khasanah Al Qur’an, penciptaan manusia mempunyai missi yang amat luhur sebagai hambaNya untuk mengemban amanah menjadi khalifah Allah mewujudkan suatu tatanan masyarakat dan kehidupan yang mardhatillah. Manusia yang akan mengemban amanah tersebut adalah generasi rabbi radhiyya yang mempunyai kapasitas zikir, pikir dan amal utuh dan berkualitas (Qs. 5:54, 3:190-191). Untuk mempersiapkan dan membentuk generasi tersebut maka dibutuhkanlah suatu proses pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan adalah melalui upaya penumbuhan kesadaran dan pemenuhan kualifikasi manusia sebagai abdullah dan khalifatullah. Proses pencapaian tersebut dilakukan dengan pembentukan sikap, penambahan wawasan dan pengetahuan serta pemberian bekal ketrampilan. Ketiga ranah tersebut dikelola secara utuh dan proposional. Implementasinya dalam proses pendidikan dan penyusunan kurikulum aspek-aspek tersebut tidak dipisah-pisahkan tetapi penekanannya dilakukan sesuai dengan jalur, jenis dan jenjang program pendidikannya.
Pencapaian tujuan pendidikan adalah melalui upaya penumbuhan kesadaran dan pemenuhan kualifikasi manusia sebagai abdullah dan khalifatullah. Proses pencapaian tersebut dilakukan dengan pembentukan sikap, penambahan wawasan dan pengetahuan serta pemberian bekal ketrampilan. Ketiga ranah tersebut dikelola secara utuh dan proposional. Implementasinya dalam proses pendidikan dan penyusunan kurikulum aspek-aspek tersebut tidak dipisah-pisahkan tetapi penekanannya dilakukan sesuai dengan jalur, jenis dan jenjang program pendidikannya.
Pendidikan (Islam) adalah upaya sadar untuk mempersiapkan manusia melalui proses yang sistematis, dengan membangkitkan kesadaran diri manusia terhadap kedudukannya sebagai abdullah dan khalifah Allah dalam rangka mewujudkan peradaban manusia yang sesuai dengan tuntunan Islam. Dengan demikian tujuan akhir dari pendidikan adalah semata-mata mencari ridlo dari Allah Swt. Untuk mencapai tujuaan akhir tersebut ditempuh berbagai terminal atau tujuan antara yang rumusannya disesuaikan dengan bentuk program yang diselengggarakan.
Proses sistematis yang terjadi dalam pendidikan dimulai dengan tahapan pengenalan-pengenalan melalui seluruh indera manusia, lalu penyimpulan secara logis sebagai suatu konsep. Dalam Alquran kondisi ini disebut sebagai pembacaan ayat-ayat Allah yang memiliki peluang sangat besar untuk meningkatkan imannya (8:2). Proses peningkatan iman ini hanya mungkin jika ada proses tazkiyah atau pensucian hati (62:2, 91:9-10) yang diikuti pengakuan yang juga merupakan penundukan hati secara total kepada Allah (3:190-191). Iman dan ketundukan kepada Allah tidaklah ada artinya jika tidak diwujudkan dalam amal shalih (95:6) yang dengan itu janji Allah untuk memberikan pengakuan akan keberhasilan kekhalifahan manusia akan dipenuhi-Nya (24:55).
Selanjutnya yang perlu kita kemukakan di sini adalah proses yang dapat memberikan gambaran lebih lanjut semacam tahapan-tahapan dalam upaya memahami proses khas pendidikan Islam, yaitu :
a. Pada dasarnya semua manusia telah beriman sebagaimana dinyatakan oleh Allah, bahwa ketika manusia berada di alam ruh telah diambil persaksiannya, dan manusia mengakui dengan jelas akan Allah sebagai rabb. Kita mengenal dalam bahasan ilmu tauhid sebagai tauhid rububiyah (Al- A’raf 172).
b. Proses awal yang harus dijalani pendidikan adalah meningkatkan iman itu menjadi iman yang signifikan, sehingga ketika disebut nama Allah maka hatinya bergetar. Proses ini hanya akan terjadi jika manusia tersebut dapat membaca ayat-ayat Allah (Al Anfal: 2) dan hatinya tidak dikunci mati oleh Allah. Hal ini berkaitan dengan hidayah dan hikmah yang diberikan atau tidak oleh Allah. Sementara itu Allah mensyaratkan manusia akan mendapatkan hikmah dan hidayah bila manusia tersebut membuka diri dengan proses pensucian jiwa (tazkiyatun nafs) (Ali Imran:164, Asysyams 8-10).
c. Pengakuan keimanan ini tidak akan memiliki arti apa-apa di hadapan Allah sebelum diikuti dengan ketundukan secara sukarela kepada Allah. Contoh ekstrim makhluk yang beriman akan tetapi kufur dan tidak mau tunduk kepada Allah adalah iblis, dan karena kedurhakaannya inilah Allah mengutuknya dan kelak nerakalah tempatnya. Di samping itu pamanda Nabi Muhammad Saw. yaitu Abu Thalib meskipun ia adalah pembela dakwah kemenakannya, dan untuk itu dia telah beramal baik (shalih), namun itu bukan karena sikap tunduknya kepada Allah.
d. Demikian pula selanjutnya, keimanan dan ketundukan tidak akan memiliki nilai lebih sebagai manusia, jika tidak diwujudkan dalam amalan-amalan shalih. Allah selalu meminta pertanggung jawaban orang-orang yang beriman tentang amal shalih apa yang telah diperbuatnya. Amal shalih ini pula yang menjadi prasyarat diakuinya manusia sebagai khalifah di muka bumi (Annur: 55). Amal shalih di sini dimaksudkan sebagai segala perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan hukum-hukum Allah (sunnatullah). Dengan kekhalifahan Islam di muka bumi, maka jaminan peran Islam sebagai rahamatan lil ‘alamin akan dicapai.
Proses pendidikan Islam ini (a-d) akan berlangsung secara bertahap dan simultan (berulang-ulang) dengan intensitas dan bobot yang semakin lama semakin tinggi. Tahapan yang dimaksud bukanlah dibatasi oleh jeda, namun merupakan satu kesatuan proses yang dalam kasus tertentu tidak dapat dibedakan antar tahapan. Dari waktu ke waktu harus ada perkembangan pemahaman, keimanan, ketundukan dan amal shalih. Sebagaimana telah disinyalir oleh Nabi SAW bahwa setiap saat harus ada perkembangan kualitas diri dan jamaah dan setiap diri harus waspada terhadap naik turunnya kualitas iman.
Proses sistematis yang terjadi dalam pendidikan dimulai dengan tahapan pengenalan-pengenalan melalui seluruh indera manusia, lalu penyimpulan secara logis sebagai suatu konsep. Dalam Alquran kondisi ini disebut sebagai pembacaan ayat-ayat Allah yang memiliki peluang sangat besar untuk meningkatkan imannya (8:2). Proses peningkatan iman ini hanya mungkin jika ada proses tazkiyah atau pensucian hati (62:2, 91:9-10) yang diikuti pengakuan yang juga merupakan penundukan hati secara total kepada Allah (3:190-191). Iman dan ketundukan kepada Allah tidaklah ada artinya jika tidak diwujudkan dalam amal shalih (95:6) yang dengan itu janji Allah untuk memberikan pengakuan akan keberhasilan kekhalifahan manusia akan dipenuhi-Nya (24:55).
Selanjutnya yang perlu kita kemukakan di sini adalah proses yang dapat memberikan gambaran lebih lanjut semacam tahapan-tahapan dalam upaya memahami proses khas pendidikan Islam, yaitu :
a. Pada dasarnya semua manusia telah beriman sebagaimana dinyatakan oleh Allah, bahwa ketika manusia berada di alam ruh telah diambil persaksiannya, dan manusia mengakui dengan jelas akan Allah sebagai rabb. Kita mengenal dalam bahasan ilmu tauhid sebagai tauhid rububiyah (Al- A’raf 172).
b. Proses awal yang harus dijalani pendidikan adalah meningkatkan iman itu menjadi iman yang signifikan, sehingga ketika disebut nama Allah maka hatinya bergetar. Proses ini hanya akan terjadi jika manusia tersebut dapat membaca ayat-ayat Allah (Al Anfal: 2) dan hatinya tidak dikunci mati oleh Allah. Hal ini berkaitan dengan hidayah dan hikmah yang diberikan atau tidak oleh Allah. Sementara itu Allah mensyaratkan manusia akan mendapatkan hikmah dan hidayah bila manusia tersebut membuka diri dengan proses pensucian jiwa (tazkiyatun nafs) (Ali Imran:164, Asysyams 8-10).
c. Pengakuan keimanan ini tidak akan memiliki arti apa-apa di hadapan Allah sebelum diikuti dengan ketundukan secara sukarela kepada Allah. Contoh ekstrim makhluk yang beriman akan tetapi kufur dan tidak mau tunduk kepada Allah adalah iblis, dan karena kedurhakaannya inilah Allah mengutuknya dan kelak nerakalah tempatnya. Di samping itu pamanda Nabi Muhammad Saw. yaitu Abu Thalib meskipun ia adalah pembela dakwah kemenakannya, dan untuk itu dia telah beramal baik (shalih), namun itu bukan karena sikap tunduknya kepada Allah.
d. Demikian pula selanjutnya, keimanan dan ketundukan tidak akan memiliki nilai lebih sebagai manusia, jika tidak diwujudkan dalam amalan-amalan shalih. Allah selalu meminta pertanggung jawaban orang-orang yang beriman tentang amal shalih apa yang telah diperbuatnya. Amal shalih ini pula yang menjadi prasyarat diakuinya manusia sebagai khalifah di muka bumi (Annur: 55). Amal shalih di sini dimaksudkan sebagai segala perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan hukum-hukum Allah (sunnatullah). Dengan kekhalifahan Islam di muka bumi, maka jaminan peran Islam sebagai rahamatan lil ‘alamin akan dicapai.
Proses pendidikan Islam ini (a-d) akan berlangsung secara bertahap dan simultan (berulang-ulang) dengan intensitas dan bobot yang semakin lama semakin tinggi. Tahapan yang dimaksud bukanlah dibatasi oleh jeda, namun merupakan satu kesatuan proses yang dalam kasus tertentu tidak dapat dibedakan antar tahapan. Dari waktu ke waktu harus ada perkembangan pemahaman, keimanan, ketundukan dan amal shalih. Sebagaimana telah disinyalir oleh Nabi SAW bahwa setiap saat harus ada perkembangan kualitas diri dan jamaah dan setiap diri harus waspada terhadap naik turunnya kualitas iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar