Tahun
2004 Silam, senyum merekah dan tangis gembira rakyat di negeri
Indosia (sebuah kerajaan kepulauan yang besar, karena
dibesar-besarkan/lebay) menyambut hasil Pemilihan Presiden (Pilpres)
2004 yang memenangkan Suruh Bayar Yono (SBY) yang berpasangan dengan
Jusudi Kalah (JK) sebagai pemimpin baru dan Sang Raja pun menjandi
tanjung pengharapan rakyat atas Kerajaan Indosia Baru yang sejatera,
adil dan mamur.
Jargon
Kampanye SBY di Pilpres 2004, “Bersama Kita Bisa”. Mampu meraup
suara dan perhatian publik pada figur ini. Pesona perubahan, aura
kemajuan, pencitraan kekuatan yang dilemparkan SBY dari waktu ke
waktu hingga genap 6 Tahun kekuasaannya hanyalah menimbulkan kebutaan
rakyat, ketulian publik serta kebisuan masyarakat Indosia akan
kondisi kekinian kerajaan yang kita cintai bersama. Politik
pencitraan serta politik pengakuan sosial yang gencar dilakukan,
kerap membuktikan bahwa Yono adalah seorang penguasa
perfectionis yang ingin tampil serba sempurna di hadapan publik demi
sebuah ke-PD-an (bukan Partai Demokrat) dan sebatas pengakuan sosial
tanpa menghiraukan urgensi kekuasaan di sebuah negeri bernama Kerajaan Indosia
Sebuah
fenomena besar, bahwa dengan politik pencitaan Suruh Bayar Yono (SBY)
yang melahirkan “pengakuan” sosial tanpa arti belum tentu
mendapat pengakuan Sang Alam. Kehidupan berbangsa dan bernegara di
kerajaan Indosia, secara kasat mata tidak terjadi apa-apa. Siklus
kehidupan dunia mengharuskan kita terkait dengan berbagai cipataan
Allah lainnya. Manusia dan manusia, manusia dan hewan, manusia dan
tumbuhan, manusia dan alam serta begitu jua sebaliknya sesama makhluk
(ciptaan) harus saling mengakui keberadaan. Ketika pengakuankita
tidak ada, maka itu sama dengan peniadaan eksistensi kehidupan kita.
Hal
tersebut tergambar pada pemerintahan SBY di Kerajaan Indosia, SBY
secara sosial mendapat pengakuan (karena politk pencitraan/
mengelabui publik dengan citra lebay) membuat SBY kembali terpilih
menjadi penguasa di kerajaan ini setelah mengalahkan para lawannya di
Pilpres 2009 (Jusudi Kalah dan Mekarwati). Berbagai bencana pun
kembali terjadi di periode ini, setelahan puluhan bahkan ratusan
bencana alam terjadi di periode 2004-2009. Lumpur lah, Gempa lah,
Banjir lah, Angin lah dan jutaan bencana alam lainnya. Secara fisik
mungkin tidak, tapi ini merupakan bentuk penolakan alam terhadap
kepemimpinan sang raja.
Belakangan
Sang Raja kerap dikaitkan dengan ditangkapnya Ki Tantular yang telah
menggelapkan dana talangan dari kerajaan untuk penyelamatan bankir
centrino. 100 Hari pemerintahannya bersama perdana menterinya Budi
Olok, SBY pun di rongrong oleh para parlemen muda kerajaan yang turun
kejalan menyuarakan pengungkapan dana talangan Bankir centrino
terkait Hari Anti Korupsi Sedunia.
Para
rakyat dan pewarta kerajaan tahu bahwa sang raja kerap mengalihkan
perhatian publik dari kiprahnya yang tidak kunjung jelas memberikan
arah kebijakan terhadap kehebohan yang terjadi terhadap
ketakutan-katakutan seorang raja. SBY sempat mengumumkan bahwa
dirinya akan dibunuh oleh kelompok penentang kerajaan, juga sempat
membentuk persekutuan partai permanen karena takut dengan upaya
pemaksulan, kmudian SBY juga taku trhadap berbagai propaganda negeri
Rumpun tetangga, selang beberapa hari sang raja kembali membuktikan
eksistensinya sebagai Raja penakut saat akan melakukana lawatan ke
luar kerajaan. Saat itu SBY mendapat tuntutan hukum pengadilan di
negeri penjajah, dalam posisi SBY selaku Presiden Kerajaan Indosia
memiliki kekebalan hukum untuk melakukan kunjungan ke negeri
tersebut.
Enam
Tahun kepemimpinan SBY di kerjaan Indosia hanya habis untuk
meladeni konfrensi pewarta kerajaan demi tampil dilayar kaca, bak
seorang aktor lagi memerankan karakter lebay. Enam tahun ini pula
dihabisakan untuk menutup-nutupi berbagai ketakutan berkepanjangannya
(betapa tidak, di tahun 2010 ini SBY harus menghadpai 120 tuntutan
hukum terhadap dirinya). Enam tahun juga dihabiskan untuk menaikkan
gaji presiden . Enam tahun itu pula di gunakan untuk Menjaga
citra (jaim) dengan meluncurkan Album lagu terbaru. Enam tahun pula
Instrumen hukum hanya dijadikan alat untuk politik.
Tentu hal tersebut membuktikan bahwa ENAM TAHUN MASA PACEKLIK
KERAJAAN, ENAM TAHUN PENDERITAAN RAKYAT. Suruh Bayar Yono, atas penderitaan rakyat Indosia. (sm)
Penulis : A. Muhammad Nur Syahid Mappaladeng Sama sekali bukan Hulubalang Kerajaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar