Persebaran distribusi bantuan bagi korban bencana alam Merapi tidak
merata. Bantuan yang datang dari para donatur kebanyakan terpusat di
Sleman. Akses yang mudah dijangkau dari kota Jogja, tempat bermukim sang
juru kunci Merapi dan sering diliput oleh media adalah faktor - faktor
yang memengaruhi bantuan tersebut terpusat di wilayah Sleman. Keadaan
ini sangat tidak menguntungkan bagi korban bencana Merapi yang berada di
wilayah lain seperti di wilayah Magelang, Klaten, dan Boyolali.
Pada
wilayah tersebut bantuan sangat minim, di beberapa posko pengungsian
pengelolaan posko masih bersifat swadaya. Pengungsi memanfaatkan apa
yang ada di sekitar mereka untuk bertahan hidup.
Birokrasi pemerintah yang berbelit sangat menghambat proses
pendistribusian bantuan pada pengungsi. Terhambatnya distribusi bantuan
ini akan membuat kelangkaan bantuan di posko pengungsian tetapi
sebenarnya bantuan itu menumpuk di gudang. Menurut relawan JM, gudang
logistik Pemkab. Magelang memiliki stok yang berlebih tetapi tidak bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan pengungsi karena birokrasinya tidak
semudah mengeluarkannya. Hal ini akan menambah kerentanan bagi para
pengungsi. Apabila bantuan tidak segera datang, maka para pengungsi
harus lebih lama bertahan dalam keadaan seadanya yang serba kekurangan.
Ironisnya menjelang kedatangan pejabat pemerintahan, posko yang menjadi
tujuan kedatangan pejabat tersebut dipenuhi bantuan hingga berlebih
menunjukkan pemerintah daerah setempat memang tanggap terhadap
penanganan bencana. Kejadian ini terjadi di TPS Muntilan yang rencananya
akan dikunjungi oleh Presiden.
Kedatangan pejabat ke lokasi pengungsian juga menghambat jalannya
distribusi bantuan. Jalanan yang akan dilewati rombongan pejabat
disterilkan dari kegiatan apapun. Kegiatan pendistribusian logistik juga
akan berhenti apabila jalan yang akan akan dilalui harus disterilkan
demi pengamanan "rombongan sirkus" tersebut. Akibatnya, logistik
terlambat datang di lokasi pengungsian.
Seharusnya pemerintah malu dan harus belajar banyak dari kesigapan
masyarakat yang tanpa birokrasi yang berbelit - belit, tanpa pensterilan
jalan, dan tanpa perlu diliput oleh media berusaha membantu korban
bencana. Kalau penanganan bencana masih dengan birokrasi yang rumit dan
pemberian bantuan harus diliput oleh media, citra buruk pemerintah akan
terus terjaga di mata rakyat. Semoga pemerintah mau membuka mata dan
belajar untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi rakyat karena
pemerintah dipilih dari, oleh, dan untuk rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar